SEJARAH PGRI
Dalam teks resmi
yang dikeluarkan oleh Pengurus Besar PGRI, dan untuk dibaca pada upacara memperingati
HUT PGRI dan Hari Guru Nasional, 25 November tahun 2008, dijelaskan bahwa PGRI
lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan nama Persatuan Guru Hindia
Belanda (PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama menjadi Persatuan Guru
Indonesia (PGI) tahun 1932.
Semangat
kebangsaan Indonesia telah lama tumbuh di kalangan guru-guru bangsa Indonesia.
Organisasi perjuangan huru-guru pribumi pada zaman Belanda berdiri tahun 1912
dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB).
Organisasi ini
bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri dari para Guru Bantu, Guru Desa,
Kepala Sekolah, dan Penilik Sekolah. Dengan latar belakang pendidikan yang
berbeda-beda mereka umumnya bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat Angka
Dua. Sejalan dengan keadaan itu maka disamping PGHB berkembang pula organisasi
guru bercorak keagamaan, kebangsaan, dan yang lainnya.
Kesadaran
kebangsaan dan semangat perjuangan yang sejak lama tumbuh mendorong para guru
pribumi memperjuangkan persamaan hak dan posisi dengan pihak Belanda. Hasilnya
antara lain adalah Kepala HIS yang dulu selalu dijabat orang Belanda, satu per
satu pindah ke tangan orang Indonesia.
Semangat
perjuangan ini makin berkobar dan memuncak pada kesadaran dan cita-cita
kesadaran. Perjuangan guru tidak lagi perjuangan perbaikan nasib, tidak lagi
perjuangan kesamaan hak dan posisi dengan Belanda, tetapi telah memuncak
menjadi perjuangan nasional dengan teriak “merdeka.”
Pada tahun 1932
nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) diubah menjadi Persatuan Guru
Indonesia (PGI). Perubahan ini mengejutkan pemerintah Belanda, karena kata
“Indonesia” yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi oleh
Belanda. Sebaliknya, kata “Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru dan
bangsa Indonesia.
Pada zaman
pendudukan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, Persatuan Guru
Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas.
Semangat proklamasi
17 Agustus 1945 menjiwai penyelenggaraan Kongres Guru Indonesia pada tanggal 24
– 25 November 1945 di Surakarta. Melalui kongres ini, segala organisasi dan
kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan,
lingkungan daerah, politik, agama, dan suku, sepakat dihapuskan. Mereka adalah
– guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan yang aktif berjuang, dan pegawai
pendidikan Republik Indonesia yang baru dibentuk. Mereka bersatu untuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Di dalam kongres
inilah, pada tanggal 25 November 1945 – seratus hari setelah proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia – Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
didirikan. Dengan semangat pekik “merdeka” yang bertalu-talu, di tangan bau
mesiu pemboman oleh tentara Inggris atas studio RRI Surakarta, mereka serentak
bersatu untuk mengisi kemerdekaan dengan tiga tujuan :
- Memepertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia;
- Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan;
- Membela hak dan nasib buruh umumnya, dan guru pada khususnya.
Sejak Kongres
Guru Indonesia itulah, semua guru Indonesia menyatakan dirinya bersatu di dalam
wadah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Jiwa pengabdian,
tekad perjuangan dan semangat persatuan dan kesatuan
PGRI yang
dimiliki secara historis terus dipupuk dalam mempertahankan dan mengisi
kemerdekaan negara kesatuan republik Indonesia. Dalam rona dan dinamika politik
yang sangat dinamis, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tetap setia dalam
pengabdiannya sebagai organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi
ketenagakerjaan, yang bersifat unitaristik, independen, dan tidak berpolitik
praktis.
Untuk itulah,
sebagai penghormatan kepada guru, pemerintah Republik Indonesia dengan Keputusan
Presiden Nomor 78 Tahun 1994, menetapkan hari lahir PGRI tanggal 25 November
sebagai Hari Guru Nasional, dan diperingati setiap tahun.
Kiprah PGRI Saat
ini.
Saya sangat
berpengharapan agar kiprah PGRI di masa-masa yang akan dating lebih baik lagi.
Saya yakin, PGRI dibawah kepemimpinan Prof. Dr. Sulistyo mampu meningkat mutu
guru. Menjadi guru lebih bermartabat, dan memperbanyak guru yang prfesional di
bidangnya. Untuk bisa merelaisasikan itu, tentu PGRI didukung oleh kepengurusan
yang solid dan kredibel di mata para guru, sehingga program kerjanya terasakan
untuk semua guru.
PGRI harus lebih
berkiprah, khususnya membantu guru melakukan penelitian ilmiah sehingga mereka
tidak mentok di golongan IVA. PGRI juga diharapkan mampu menjembatani keinginan
para guru dengan pemerintah, baik pusat maupun daerah agar mampu menterjemahkan
hak-hak guru yang harus dibayarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Akhirnya, PGRI
harus menjadi corong para guru dalam menyampaikan suaranya kepada pemerintah
dan memberikan masukan positif kepada pemerintah tentang langkah-langkah
efektif yang sebaiknya dilakukan. Jangan biarkan PGRI menjadi seperti pepatah,
hidup segan mati tak mau.
Buat yang mau
Donload NISN Klik link dobawah ini
No comments:
Post a Comment